SAMPIT, gemakalteng.co.id
Di wilayah Selatan, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah ( Kalteng), tepatnya di Desa Samuda, memiliki cagar budaya wisata religi, makam Syekh Haji Abu Hamid Al- Alimul Allamah Mukti, Syekh H Muhammad As’ad ramai dikunjungi para peziarah, Minggu (21/3).
Ulama besar yang makamnya di wilayah itu berusia ribuan tahun, merupakan Buyut dari Syekh Haji Muhammad Arsyad Al-Banjari atau Datu Kalampayan, Martapura, Kalimantan Selatan (Kal-Sel).
Makam seorang Ahlul Anbia itu memiliki suatu karomah, berada dekat sungai Mentaya. Utuhnya lokasi makam itu tidak tergerus arus air Sei Desa Samuda Besar maupun induk sungai Mentaya sebagai lalu lintasnya kapal- kapal besar.
Hingga sekarang Pusara Waliyullah itu sebagai tujuan wisata religi yang dikunjungi banyak pencintanya. Bahkan, makom karomah itu juga pernah diziarahi Almarhum Guru Zuhdi bersama rombongan pada Januari 2018 lalu.
Kekaromahan membuat Perkumpulan Majelis Taqlim “Khusnul khotimah,” Desa Padang, Kecamatan Bati-Bati, Kabupaten Tanah Laut (Tala) Kalsel, turut berziarah ke maqom tersebut.
Menurut, Ketua rombongan H. Bunyamin, kujungan wisata religi atau ziarah kemakam Syekh Haji Abu Hamid sebagai kecintaan perkumpulan pengajian kepada para aulia yang menyebarkan agama Allah, dan juga buyut dari keturunan datu Kalampayan Martapura. “Kita berziarah kesini mengambil hikmahnya, berniat dihati tidak hanya bertemu dipusaranya saja. Melainkan kita semua dipertemukan dipadang masyar atau diakhirat kelak. Mudah-mudahan atas karomahnya beliau, kita semua berkumpul dialam sana bersama beliau,” harapnya, saat menziarahi makam keramat tersebut.
Berkunjung wisata religi tauladan mengikuti ilmunya yang patut diamalkan, khususnya perkumpulan pengajian “Husnul Khotimah” Desa Padang, Kecamatan Bati-Bati tersebut. “Kita senang berziarah kesini. Kagum melihat maqom yang terletak di pinggir Sungai. Ketika masuk menuju jalan desa ke lokasi kubah itu, kita melewati perkebunan buah kelapa warga sekitar dengan udaranya terasa sejuk,” ujar Hj. Mulyanah kepada rekannya di rombongan itu.
Hal itu juga ditambahkan, Hj Buraidah, kalau dirinya mengakui baru pertama kali berkunjung dan berziarah ke kubah keturunan buyut dari Datu Kelampayan ini. Ia pun, katanya, terkagum ketika melihat makam kubah keramat itu masih tetap berdiri tak tergerus abrasi.” Keajaiban makam ini penuh dengan karomahnya,” katanya turut terheran.
Berwisata religi ketempat ini satu perjalanan yang mengasikkan dan penuh akan makna. Pengunjung bisa meneruskan wisatanya ke daerah pesisir pantai desa Ujung Pandaran juga berdiri kubah yang sama, konon ceritanya dizaman dahulu, sang Syekh bersama perahu finis yang ditumpanginya terdampar hingga beliau mendapat sakit dan wafat.
Kemudian, sepenggal cerita itu pernah diceritakan mantan Kades Almarhum, Muslikhul Amin, kalau jenazah beliau dibawa untuk dikuburkan kekawasan yang ada penduduknya kala itu, ceritanya, salah satunya ada kuburan keramat, seorang waliyullah sekitaran anak Sei di Desa Samuda Besar yang pancaran karomahnya menembus hingga kawasan pantai persingahannya tersebut, katanya.
Pengunjung wisata ini biasanya meneruskan niat berziarahnya, datang kedaerah persinggahan pesisir pantai naik klotok yang disewakan nelayan setempat.
Tentunya dengan berwisata religi dan berkunjung ketempat persinggahan itu sangat mengasikkan, dimana para penziarah dimanja melihat eloknya pemandangan alam dan laut pantai sekitar yang indah dan mempesona.- (GK/Ummah/Samad/Intan)